Senin, Juni 12, 2017

Kelayakan yang tidak layak

Sudah hampir dua minggu aku berada di kota ini.
Kota Metro, Lampung.
Terdiam dalam perenungan, membuatku terus bertanya mengapa Sang Kuasa memilihku untuk menjadi bagian dalam pekerjaan ini.
Aku merasa tidak layak.
Pikiran dan hati yang duniawi masih terus mengikatku.
Namun, entah mengapa Dia tetap mempercayakan hal yang tak layak untuk orang seperti aku melakukannya.
Aku terus bergulat dalam batin,
Apa yang dipercayakan bagiku, tidak dapat sepenuhnya aku lakukan untuk Dia, yang memilihku.
Berulang kali aku gagal.
Berjuta kali selalu terbayang manusia dalam hati dan benakku.
Ingin rasanya kulakukan seutuhnya hanya bagi Dia.
Akan tetapi, aku tahu itu tak akan pernah bisa.
Aku ingin sekali melakukan semua dengan tulus hanya untuk kesenangan Hati-Nya.
Akan tetapi, wajah samar-samar duniawi masih terus menghantuiku.
Entah apa yang harus kuperbuat?
Aku bertanya dalam sanubariku:
Apakah aku masih layak untuk menjadi rekan sekerja-Nya?
Terlalu banyak kedagingan yang memenuhi jiwaku.
Harapanku,
Jangan sampai aku menganggap ini suatu pencapaian duniawi...
Aku berharap rasa cinta akan pekerjaan ini lahir dari hati yang rindu untuk hanya menyenangkan hati Sang Kuasa, yang pasti berdampak sukacita dalam batinku, dan akan kubagikan bagi mereka yang ada di dekatku.
Terima kasih karena memberikanku sebuah 
kelayakan yang tidak layak aku terima.
Aku bersyukur, sangat bersyukur.
Rasa syukur yang tak ternilai harganya.

11-Juli-2017
@GKT Metro
10:28pm

Kamis, Mei 25, 2017

Godspeed!

Waktu terlalu cepat berlalu....
Sampai tak terasa kini sudah masuk hari yang ke 25, bulan yang ke-5, di tahun (yang tadinya baru) 2017. Masih separuh perjalanan sih di tahun ini, tapi banyak hal yang sudah aku lalui bersama-Nya. Tahun yang tak bisa diterka ternyata membawa sejuta cerita di lima bulan pertamanya.
Sudah banyak cerita yang aku lalui, cerita yang mungkin tak pernah kuduga, cerita yang (bahkan) tak sempat aku tuliskan dalam sebuah kertas karena terlalu menakjubkan dan terlalu aku nikmati sehingga (rasanya) tak ada waktu untuk aku menulisnya. Namun, aku berharap Sang Penulis Cerita itu bisa mengizinkanku untuk terus mengingat cerita indah ini di dalam benakku, selamanya. Sehingga di beberapa waktu dan kesempatan kedepan dapat aku ceritakan kepada mereka yang perlu mendengar cerita ini. Banyak pengalaman dan kesempatan yang Dia izinkan untuk aku alami. Sebuah kisah dan pengalaman yang sangat bermanfaat bagi masa depanku. Aku bersyukur untuk ribuan, jutaan, milyaran, eh bahkan tak terhitung kasih dan kesetiaan yang Dia tunjukkan serta izinkan untuk aku mengalaminya di dalam dunia yang fana ini. 
Aku bersyukur kepada Semesta yang mengizinkan ini semua terjadi. Aku dapat merasakan sebuah doa dalam perjalanan kisah hidupku. Aku dapat merasakan sebuah harapan yang menjadi nyata dalam setiap kerinduanku. Memang benar apa yang Dia buat sungguh membuatku terpana. Aku takjub oleh indahnya kasih yang Dia berikan. Banyak hal yang kurasa tak mampu untuk aku lakukan dan kerjakan, tetapi Dia memberikanku ribuan kesempatan untuk aku lakukan. Hal yang (kupikir) tidak akan mampu untuk kulakukan. Sehingga aku tersadar, bahwa ternyata aku bisa.
"Terimakasih untuk Dia yang mengizinkanku untuk berlatih berlari, ketika Ia tahu dengan pasti bahwa ada kemungkinan aku untuk terjatuh, tapi Ia terus membiarkanku... sampai aku bisa."
Rasanya tak sabar aku menanti hari-hari kedepan 
dengan cerita di dalamnya, mungkin semua akan
lebih indah dari yang sudah aku alami.
Seperti biasa, aku tak mau mengusik dan bertanya kepada-Nya
"Apa yang akan terjadi selanjutnya?"
Tetapi aku akan menyatakan:
"Aku menanti cerita-Mu selanjutnya, yang membuatku semakin terpana."

Terimakasih untuk rekam jejak dan cerita yang begitu indah. Aku (selalu) kagum pada-Mu.

Selasa, Januari 17, 2017

I Got Peace Inside

Perjalanan pada tanggal 11 Januari kemarin, sangat mengena dalam relung hati. Perjalanan itu saya tempuh bersama dengan seorang teman, Anjelin namanya. Perjalanan menuju (air terjun) Curug Omas Maribaya. Kami menempuh perjalanan kurang lebih 15.5km. Disepanjang jalan kami menghadapi banyak sekali rintangan. Perjalanan yang tak kunjung sampai. Jalanan yang licin dan penuh dengan kewaspadaan. Matahari yang terik, kelelahan, ingin ke WC. Perasaan yang hampir dekat tapi ternyata belum juga sampai. Takut ketemu dengan hewan-hewan aneh di hutan itu. Takut terjatuh dan banyak sekali hal membuat kami ingin saja menyerah untuk melangkah. Namun kami tidak memperdulikan semua tantangan itu, yang kami tahu, kami ingin sampai di sana, sebuah tempat indah dan kami pasti akan puas. Daannn sungguh benar adanya ketika AKHIRNYA kami melihat sebuah tiang jalanan yang bertulisan “Curug Omas Maribaya 300m”
Rasanya semua kelelahan hilang :’)
Begitu indah kami lihat. Kami sungguh menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan. Kami dapat berteduh sambil bersyukur untuk penyertaan-Nya.
Memang sih ya terkesan biasa saja namun bagi kami ini adalah pengalaman pertama kami berjalan cukup jauh untuk mencapai suatu tujuan dan perjalanan itu mendaki. Sepanjang perjalanan ketika di antara kami ada yang kelelahan kami selalu memberikan semangat, beberapa kali kami mengingat orang-orang yang kami kasihi dan bercerita tentang mereka. Itu membuat semangat kami semakin menjadi-jadi. Oiyaa…. Sebelum kami sampai ketempat tujuan itu, kami melihat-lihat tempat indah lainnya, kami melihat penangkaran rusa, peternakan lebah, melewati jembatan goyang dan beberapa kekayaan alam. Rasa kebahagian dan kepuasan karena melihat Curug itu belum puas, sehingga kami tiba-tiba berpikir untuk melanjutkan mendaki bukit ke “Tebing Keraton” yang dari Curug berkisar 8-10 km. Tanpa berpikir terlalu lama, kami mengumpulkan tenaga dan berjalan (read: Hiking) menuju ke Tebing Keraton. Sebelum kami sampai disana, yang kata orang-orang begitu indah, kami sudah melihat Tebing itu dari bawah. Melihat begitu jauh, awalnya nyali kami sempat ciut namun untuk sampai melihat keindahan itu kami harus terus berjalan ke sana. 
Kaki yang kuat, teman untuk berjalan, hati yang nekad membuat kami siap melangkah ke puncak Tebing Keraton, yang lebih indah dari Curug ini. Perjalanan kali ini sungguh lebih terjal dan membahayakan. Kami melewati jalan di hutan-hutan yang membuat kaki ini harus kuat dalam menapak. Mental yang kuat untuk melihat tanjakan perlu sekali kami miliki. Tekat kami adalah jalan kaki, jadi biar pun banyak ojek yang datang bahkan mengejar kami, dengan yakin kami menolak. Karena kami ingin sampai di atas menggunakan kaki sendiri. Meskipun wajah dekil dan kelelahan parah. Tapi kami ingin sampai di sana. Beberapa kali kami istirahat dan di beberapa titik kami melihat pemandangan yang begitu indah dan menakjubkan. Melihat pemandangan itu sepanjang jalan membuat kami ingin sekali menginjakkan kaki di puncak Tebing Keraton. Pasti disana akan lebih indah. Mendaki bukit-bukit terjal ini membuat kami kelelahan tapi puncak keindahan itu membuat kami terus berusaha untuk berjalan dan terus maju kedepan. Kami bersyukur karena jalanan yang dibuat tidak terlalu buruk, sehingga meskipun lelah mendaki, kaki kami masih dapat menapak dengan jalan yang bagus. Dan yup betul sekali. Puncak keindahan Tebing Keraton membuat kami KAGUM atas karya tangan TUHAN. Semua kelelahan, kesulitan yang kami tempuh hilang dalam sekejap. Berada di atas puncak sana dan melihat jalan-jalan yang telah kami lalui membuat kami sangat bersyukur untuk penyertaan Tuhan.
Kami yang hampir menyerah di bawah tadi, pada saat berjalan, membuat kami sangat amat bersyukur karena tidak mundur saat berjuang mencapai puncak. Karena saat berada diatas, kami melihat suatu keindahan yang tak ternilai harganya.
Perjalanan singkat tapi penuh perjuangan ini membuat saya secara pribadi (dan juga teman saya) merasakan suatu kedamaian dalam menjalani tahun ini. Tahun yang saat saya menginjakkan kaki pertama kalinya, saya ketakutan. Namun Tuhan memberikan penghiburan melalui perjalanan di alam Dago Pakar.

Di atas sana, kami merefleksikan Kasih Tuhan.
Yup! secara kedagingan kami tidak sanggup menghadapi hari-hari di tahun ini, tapi kami tahu bahwa yang harus kami lakukan adalah ikuti jalan itu dan terus berjalan sampai ke puncak yang Ia inginkan. 

Tuhan bukan hanya memberikan keindahan di puncak sana, pada saat rencana-Nya dan keinginan kita tercapai. Namun Ia memberikan keindahan itu di sepanjang perjalanan kita. Yup! Selalu ada keindahan dan sukacita yang Ia berikan.

Aku bersyukur pada Allah. 
Ia begitu mengasihiku.
Ia tahu betul kebutuhan hatiku.
Ia tidak membiarkan aku berlarut dalam kekhawatiran dan kesedihan.
Tuhan, Ia menghibur aku melalui alam ciptaan-Nya.
Aku bersyukur berada di dalam-Nya.

Tebing Keraton
Curug Omas Maribaya
Don't Walk Alone if You Have Friend

I got my rest in You

Terima kasih kepada-Mu, Tuhanku.

Kamis, Januari 05, 2017

2017

To be honest...

I am (really) not ready!

Tidak tahu kenapa, tetapi memasuki tahun ini perasaannya hampa, seperti tidak punya harapan, tidak punya bayangan atau apapun... hanya hampa dan ketakutan menjalani tahun ini. Sebenarnya tahun baru itu sama saja dengan pergantian hari. Hanya saja ketika tahun bertambah budaya dunia menggambarkan bahwa suatu moment yang sepaket akan ada di tahun yang baru ini. Orang-orang akan mengenang moment dengan bertanya tentang tahun atau di mana moment itu terjadi. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Semua menjadi sangat abu-abu. Seperti meraba-raba dan mencari kepastian. Aku tidak tahu tahun ini akan seperti apa. Kekhawatiran karena banyak (sekali) hal membuatku tidak mampu duduk dan melipat tangan untuk berdoa kepada Tuhan, untuk menyerahkan hari-hari ku sepanjang tahun ini. Bahkan untuk mendengarkan Firman-Nya yang menuntun ku sepanjang tahun ini saja, rasanya tidak mampu aku pahami. Kosong. Tetapi rasa khawatir itu mengrogoti ku. Aku tidak tenang selama lima hari di awal tahun ini. Sangat ketakutan. Sampai akhirnya tarikan 'gravitasi' Allah menarik ku untuk berdiam dan bercerita kepada Dia, yang dengan mudahnya membawa ku memasuki tahun ini.
"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur"
Kalimat itu sehentak membuatku terdiam. Aku teringat bahwa aku melupakan Dia yang telah menghantar ku masuk ke tahun ini. Dengan doa beserta semua kekhawatiran yang aku ceritakan kepada Dia dan juga suatu pengucapan syukur karena tahun ini boleh aku masuki membuat hati lebih tenang menjalani tahun ini. Benar ya, the power of prayer itu ada.

For sure
Aku gak bisa berekspektasi apa-apa tentang tahun baru 2017 ini.
Aku hanya ingin berserah secara penuh dan teguh kepada-Nya hahaha.

SELAMAT DATANG DI TAHUN 2017!!

 SESUATU MENUNGGUMU DENGAN SEBUAH KEJUTAN DI TAHUN INI 😌

Last Twenties!

Kata kebanyakan orang harus sudah ini, sudah itu, harus mencapai ini, mencapai itu. Kataku harusnya bisa ini, bisa itu. Katanya sih… katanya...