Minggu, Maret 20, 2016

Getsemani Punya Cerita

Markus 14:32-42

Satu minggu lagi Paskah!
Paskah memang sebuah kemenangan.
Namun kemenangan tak pernah didapatkan dengan mudah.
Kemenangan pasti dilalui dengan sebuah penderitaan.
Penderitaan pasti dilewati dengan pergumulan.

Pergumulan ini sangat berat yang tidak pernah dihadapi sebelum dan sesudah Dia, di seluruh dunia dan di segala abad sampai kepada kesudahan zaman. Yaitu, Pergumulan di taman Getsemani.

Tuhan Yesus dengan ke-Ilahian-Nya, terdapat 100% Allah dan 100% manusia (memang hanya orang yang ada didalam Dia dapat mengerti hal ini).

Pada detik-detik kematian-Nya, sebagai manusia (dalam daging), Yesus takut!
Di sisi lain Dia adalah Tuhan yang Mahatahu. Yesus tahu dengan persisis apa yang akan DIA hadapi. Akibat dosa manusia, Allah harus mengambil rupa seorang hamba dan menebus manusia dari dosa. Penderitaan 'pemikulan salib' inilah yang Yesus harus tanggung dan Dia bergumul dengan Bapa di taman getsemani. Pemikulan salib itu sangat berat dan harus Dia tanggung. Dia adalah 100% Allah dan juga 100% manusia. Dia memiliki kedagingan sama seperti kita. Kesakitan fisik, mental, psikologi, serta kehormatan yang dilecehkan harus Dia hadapi untuk penebusan dosa manusia.

Dalam perikop ini Tuhan Yesus membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekat-Nya saat Dia akan mengalami penderitaan. Dia mengajak Yohanes, Yakobus, dan Petrus untuk mendampingi-Nya ketika berdoa di taman Getsemani. Pada ayat 34, Yesus mengutarakan kegelisahan hati-Nya kepada murid-murid terkasih-Nya. Bahkan ketakutan yang Dia rasakan membuat-Nya seperti ingin mati.

Dalam doa di taman Getsemani, Dia berharap bahwa cawan penderitaan ini janganlah Dia hadapi (ay.36). "Sangat mungkin jika pengampunan dosa tidak harus melalui jalan penderitaan yang Dia hadapi" Namun Tuhan Yesus menutup doa-Nya dengan: 'Janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki!' (ay. 36b). 

Di saat pergumulan hidup-Nya, Dia membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekat, tetapi di saat itu Yesus menemukan bahwa mereka tertidur. Pasti Dia merasakan kesedihan mendalam. Saat Yesus melihat itu, Dia kembali kepada Bapa dan berdoa. Sebanyak dua kali Injil Matius mencatat bahwa Yesus kembali dan menemukan murid-murid-Nya terlelap. Sebanyak tiga kali Yesus berdoa dan berserah dan tiga kali juga Ia mengakhiri doa-Nya dengan penyerahan pada kehendak Bapa. Sebagai Tuhan, Dia tahu jauh kedepan bahwa cawan penderitaan itu tetap harus Dia lewati! Namun kemanusiaan-Nya saat itu lemah karena ketakutan. 

Yesus mendapatkan kekuatan setelah berdoa. Bahkan Ia dapat menguatkan orang-orang terkasih di sekeliling-Nya (ay.41).

Melalui kisah TUHAN YESUS ditaman Getesemani ini, kita belajar bagaimana menghadapi pergumulan di dunia. Ketika Tuhan Yesus menghadapi masalah, Dia memutuskan untuk berdoa.
  1. Tindakan pertama, ketika masalah datang adalah pergi berdoa. Bawa setiap persoalan dalam doa pada-Nya dan akhirilah doamu dengan penyerahan total pada rancangan Tuhan.
  2. Sebagai makhluk sosial, dalam pergumulan memang kita butuh dukungan dari orang-orang terdekat, namun terkadang dukungan yang kita dapatkan tidaklah memuaskan.
  3. Ketika kecewa, ketika seakan tidak ada yang dapat menolong, kembalilah dalam doa kepada Tuhan. Hanya Tuhan yang tidak pernah meninggalkan kita.
  4. Di dalam perjumpaan dengan Tuhan, di situlah kita mendapatkan kekuatan. Bahkan kita mampu untuk menguatkan orang-orang di sekitar saat itu. "Ketika hubungan erat kita miliki bersama dengan Tuhan, di saat itu pun kita mampu untuk menguatkan sesama meskipun kita dalam pergumulan hidup." 
Mungkin tidak sempurna, tetapi mintalah Tuhan untuk mengajarkan kita bagaimana menghadapi pergumulan hidup sama seperti yang Dia ajarkan melalui taman getsemani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Last Twenties!

Kata kebanyakan orang harus sudah ini, sudah itu, harus mencapai ini, mencapai itu. Kataku harusnya bisa ini, bisa itu. Katanya sih… katanya...