Kamis, Juli 31, 2025

Sore: Istri dari Masa Depan (Bagian 2)


Film yang maknanya berlapis-lapis. Ibarat bawang dengan layers yg bisa terus didiskusikan. Syukurnya ini bukan series dan gak perlu sekuel cukup satu ini aja dan banyak yang bisa dibedah.

Sore adalah kita dan Jonathan juga adalah kita.

Kita adalah Sore. Orang yang takut untuk hidup dalam penyesalan. Berusaha untuk mengontrol, mengatur dan melakukan apa saja untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Sore berusaha berbagai macam cara agar dia tidak merasa sedih, kecewa, marah dan berduka. Ia menghindari sakit yang akan terjadi dalam hidupnya, itulah mengapa ia memilih time travelling. Namun, yang terjadi justru sang waktu marah sehingga membuat Sore menjadi tidak berdaya dan lelah. Berjuang itu harus, tetapi memaksa kehendak pada perubahan itu keliru. Sampai dia berhenti. Sore berhenti bukan karena menyerah tetapi berserah dan melepaskan. Pada saat itu lah yang terbaik terjadi. Jonathan-nya mengalami perubahan dengan sendirinya. Jonathan versi kita bisa dalam rupa mimpi atau cita-cita, diri sendiri dan/atau orang yang terkasih.

Di sisi lain, Kita adalah Jonathan. Orang yang tidak sadar dengan berbagai luka dalam diri. Jo hidup penuh dengan kemarahan. Berbagai jenis kemarahan. Melampiaskan kemarahan dan kekecewaan dengan cara yang salah. Menolak untuk mendengar dan menerima pendapat orang lain yang ternyata itu untuk kebaikannya. Jo yang beribu kali harus diberikan pengertian dan perhatian supaya paham. Jo yang susah dibilangin. Sama seperti Sore, Jonathan juga lelah sebenarnya hidup dalam loop waktu mengerikan itu, sehingga ia merasakan longing akan sesuatu. Sampai akhirnya dia juga mengambil keputusan untuk melepaskan berbagai luka, berani mengampuni diri sendiri dang orang lain. Alhasil hidupnya menjadi lebih baik.

Berani melepaskan dan berserah kepada TUHAN adalah proses pembelajaran bagi kita seumur hidup dan jika mampu pun itu adalah anugerah-Nya.

Bagi saya, manusia yang penuh kekurangan ini, belajar untuk melepaskan keinginan dan mempercayai Tuhan itu bukan perkara mudah. Namun saya percaya kasih karunia Tuhan selalu cukup untuk saya. Kasih Karunia-Nya memampukan saya bukan untuk menyerah atau pasrah tetapi berserah penuh kepada Dia. Percaya dan terus belajar untuk taat. Kompleksitas karakter diri, kompleksitas dalam berelasi dengan manusia lain, bahkan tentang keraguan mengenai hari depan. Selalu ada upaya untuk mengontrol. Sekali lagi berjuang dan berusaha itu sebuah keharusan, namun berserah sambil terus menaburkan kasih itu cara terbaik yang seharusnya dimiliki oleh tiap manusia.

--------------------------------------------------------------------------------------------

Tokoh utama hanya ada dua, durasi juga gak lama, tapiii too much to learn from. Setiap kali saya berdiskusi dengan beberapa teman-teman, selalu ada saja hal baru yang dapat dibahas dari film ini. Bangga bgt sama karya anak bangsa. Saya rasa ini bukan hanya sekedar fomo atau ikut trend, tetapi menjadi bagian dari karya original Indonesia dan memang ini layak untuk didukung.

Membaca buku dan menonton film lalu menggali makna yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan itu menjadi pembelajaran informal yang didapatkan melalui karya dan pemikiran orang-orang yang bekerja dengan hati. Semakin ke sini saya semakin menikmati pembelajaran santai ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sore: Istri dari Masa Depan (Bagian 2)

Film yang maknanya berlapis-lapis. Ibarat bawang dengan layers yg bisa terus didiskusikan. Syukurnya ini bukan series dan gak perlu sekuel c...