Ketika sel-sel otak saling
terkoneksi kembali itu artinya alam bawah sadar kita sedang bekerja. Unik memang
bagi saya ketika manusia dapat sadar akan sesuatu hal. Terkadang saya berfikir, mengapa saya dapat ‘berfikir’ dan sadar akan keberadaan saya. Ini adalah suatu hal
unik namun harus dikontrol dengan baik. Terdapat dua elemen kesadaran yakni,
keawasan (alertness) dan ketergugahan
(arousal). Keawasan adalah sebuah
kejadian eksternal namun sensasi internal, kita mengalami berbagai hal dari
luar namun merasakan nikmatnya dari dalam diri. Sedangkan tergugah adalah
situasi ketika seseorang terlibat dengan lingkungannya.
Proses alam bawah sadar adalah
sesuatu yang lebih mengherankan lagi. Pada proses ini kita paling banyak
menjalani kehidupan. Seperti fenomena gunung es, dimana permukaan hanya
memperlihatkan 10%, sedangkan di kedalam terdapat 90%. Proses ini di luar
kendali kita, karena ia berada di alam bawah sadar. Apa yang kita lakukan
di luar dapat memancarkan kedalaman yang kita rasakan. Seperti pepatah yang
berkata dari hati seseorang terpancar kehidupan, itulah yang dialami alam
bawah sadar.
Hati adalah tempat dimana Roh Kudus
berdiam, itu berarti Roh Allah berada di alam bawah sadar kita. Berdiam diri di
hadapan Allah adalah hal baik yang dapat kita lakukan agar dapat mengontrol
tindakan kita. Sebagai anak-anak Allah perlu bagi kita memiliki waktu pribadi secara
khusus bersama Tuhan. Waktu untuk memuji dan memuliakan serta mendengarkan
Firman-Nya adalah saat yang paling berharga bagi saya.
Alone
With God (AWG), ini adalah sebuah istilah yang saya dengar saat duduk di
bangku SMA. Saat itu saya mengikuti ret-reat kepemimpinan dan kami diberikan
waktu untuk berdiam bersama Allah di alam terbuka, kami di berikan secarik
kertas dengan pertanyaan dan ayat Firman Tuhan yang dapat direnungkan. Saat itu
relasi pribadi bersama Tuhan sungguh saya rasakan. Terlebih lagi saya dapat
menikmati indahnya ketenangan dengan melihat alam ciptaan Tuhan. Hari itu
menjadi suatu titik di mana saya menikmati hadirat Allah di alam
ciptaan-Nya. Ketika mengikuti ret-reat itu, saya mengalami sebuah pergumulan
berat dan membutuhkan jawaban, pada saat saya ‘berdiam di hadirat Allah’ Ia memberikan
ketenangan di dalam hati dan jiwa saya. Sepertinya saya tidak mau waktu
berharga itu cepat berlalu. Waktu berharga saya bersama dengan Tuhan.
Ketika dua bulam pertama saya masuk
ke seminari, saya mengalami yang namanya ‘kekeringan rohani’. Saat itu
rasanya hati saya hampa dan kosong, seakan Allah Roh Kudus mendiamkan saya. Mungkin semua
karena dua tahun terakhir ini saya terlalu mengeluh tanpa pernah mencatat
hal-hal yang membuat saya bersyukur tentang hidup ini. Saya kehilangan
integritas sebagai anak Allah. Saya hanya berada di hadirat-Nya tanpa sadar dan
mengalami Tuhan dalam kehidupan saya. Namun, saya bersyukur kekosongan itu tidak
berlangsung lama, Tuhan masih memeluk dan mengangkat saya. Saya Belajar untuk
merenungkan perbuatan-Nya yang ajaib serta menuliskan berbagai hal yang membuat
saya bersyukur atas hidup ini.
Berdiam di hadirat Tuhan dan sadar akan keberadaan-Nya membuat saya dapat menikmati hidup yang Ia berikan kepada saya.
Oleh: Elsami Castigliani Huka
@ kelas Pengantar Psikologi
#Seminari